Posts

Fall to Fly Higher

Image
Fall to Fly Higher Siapa dari kita yang selama hidupnya tidak pernah jatuh sama sekali? Saya rasa semua orang pasti pernah jatuh. Entah hanya jatuh kecil yang enggak meninggalkan bekas luka atau jatuh yang sampai berdarah-darah. Setiap dari kita, pasti pernah jatuh. Misalnya, waktu kita belajar berjalan atau berlari atau saat kita belajar naik sepeda. Sakit dan memar karena lutut terbentur lantai, atau bahkan sampai nyeri dan berdarah. Namun, siapa sangka dari pengalaman menyakitkan tersebut, kita malah menjadi mahir. 1, 2, 3 kali jatuh membuat kita belajar dari kesalahan. 1, 2, 3 kali kita bangkit membuat kita menjadi lebih kuat. Sampai pada akhirnya kita berhasil. Bahkan orang tua jaman dulu selalu menasehati anaknya yang ingi belajar sepeda roda 2 dengan kalimat berikut: “Kalau kamu ingin mahir main sepeda, jangan takut jatuh. Kalau kamu jatuh dan coba lagi, kamu akan bisa main sepeda roda 2.” See? Jatuh bukanlah pengalaman yang buruk. Begitu pula dengan kehidupan.

Friendship Shopping and How to Do Well

*Sunday service sermon (March, 5 2023) by Ps. Paul Scalon at JPCC  Tiga alasan seseorang hadir ke dalam hidup kita:  Untuk alasan tertentu  Untuk musim tertentu  Untuk sepanjang hidup kita  Dimana ketiga alasan tersebut tidak bisa dicampur adukan.    Kita perlu untuk memfilter dan menentukan seseorang datang ke kehidupan kita masuk ke dalam alasan yang mana.  Because unexamined friendship are, perharps the greatest  stealth energy drainers  in human relationships.   Empat hal yang bisa kita lakukan untuk melakukan  Friendship Shooping for have a better quality of life.   Do a Friendship Audit Pertemanan pasti memakai sebagian ruang dalam hati kita. Apabila kita salah menempatkan pertemannya tersebut ke dalam ruang hati yang mana, maka hal tersebut akan mengganggu dan membuat kita  drained out.  3 pertanyaan yang bisa kita renungkan untuk melakukan friendship audit:  §   What brought this person into my life and is that still a valid reason for them to remain

God's Agenda: "yet not my will, but yours be done"

God's Agenda: "yet not my will, but yours be done" Banyak diantara kita yang telah memiliki rencana dan harapan akan masa depannya. Pastinya rencana-rencana atau mimpi-mimpi yang diharapakan adalah mimpi-mimpi indah dan rencana terbaik yang bisa kita pikirkan. Siapa sih yang ingin kekacauan terjadi dalam kehidupannya? Kurasa tidak ada seorangpun yang ingin mengalami hal tersebut, begitupun denganku. Semua orang waras pasti ingin hidupnya berjalan mulus sesuai dengan rencana-rencana terbaik yang telah ia susun, tanpa ada intervensi dari mana pun dan siapapun.  Namun, realitanya yang terjadi seringkali berkebalikan dari apa yang kita inginkan. Seringkali apa yang kita inginkan Semesta tidak mengkehendakinya. Tak jarang kita malah mendapatkan apa yang paling kita hindari.  Desember 2020, menjadi bulan tutup tahun yang cukup bersejarah bagiku. Bulan dimana "kekacauan" muncul dalam kehidupanku. Saat itu, dengan berat hati aku harus menutup tahun 2020 dan membuka tahu
INI SEMUA BUKANLAH SEBUAH AKHIR, MELAINKAN SEBUAH PERMULAAN  Jika ada sebuah awal maka pasti ada sebuah akhir.  Jika ada sebuah garis start, pasti ada garis finisih.  Tapi pertanyaannya, dimana akhir dari permulaan itu?  Apakah akhir tahun 2021 yang baru saja kita tutup merupakan sebuah akhir? Atau nafas terakhir yang akan kita hembuskanlah yang menjadi akhir dari perjalanan ini?  Setiap orang memiliki jawabannya masing-masing. Bahkan mungkin kita sendiri juga tidak tahu jawabannya.  Karena kehidupan adalah sebuah misteri, hanya Penulis kehidupan yang tahu dimana akhirnya.  "Lalu, tahun 2021 tahun yang seperti apa bagimu?"  Bagiku tahun 2021 adalah tahun transisi kehidupan.  Transisi dari dunia yang penuh kenyamanan, kepastian dan kebergantungan menuju dunia yang penuh dengan perjuangan, kemandirian, dan kedewasaaan.  "Tahun 2021 tahun yang mudah bagimu dong?"  Bukan, bukan... bukan begitu maksudnya.  Tahun 2021 bukanlah tahun yang mudah.  Banyak hal yang terjadi di
 MANUSIA ITU, BANYAK MAUNYA!  Sejak dua hari lalu, gw merasa ada yang nggak beres dengan tubuhku. Awalnya kerasa meriang seperti masuk angin. Pertama gw pikir karena kipas angin (demi menghemat listrik rela pakai kipas angin yaa kann). Karena masih hari senin, kerjaan lagi padet, ngk mau sampai tumbang, jadilah AC kembali nyala setelah sekian lama. Lagi-lagi karena masih mau menghemat, gw timer itu AC cuma sampai 1.5 jam nyala.  Paginya badan masih kerasa pegal-pegal dan meriang. Anehnya walaupun semalaman tidur tanpa kipas angin ataupun AC yang nyala, kulit nggak kerasa berkeringat sama sekali. Normalnya, tiap bangun tidur gw selalu keringatan meskipun pakai kipas angin, tapi kali ini enggak. Sama sekali enggak keringatan! Singkat cerita, malamnya gw masih merasa nggak enak badan. Kali ini karena merasa agak menggigil (efek habis mandi juga kali) gw ketiduran tanpa nyalain AC ataupun kipas angin. Dannn lagi-lagi nggak keringatan sama sekali, padahal kali ini gw tidur pakai selimut.  K
Image
 BERUSAHA MERASA CUKUP  Selama 1.5 bulan ini saya banyak belajar tentang berusaha merasa cukup. Cukup dalam hal apa, dalam apa saja. Pencapaian dalam hidup, pekerjaan, relasi dengan orang lain, ataupun keuangan. Dulu saya berpikir bahwa merasa cukup bukanlah hal yang terlalu baik. Karena saya menganggap cukup = puas.  Kalau saya mudah merasa cukup (re: puas) maka saya hanya akan berhenti sampai disitu. Saya tidak mau berusaha lebih keras lagi. - Pemikiran saya sebelumnya.  Kata cukup dalam KBBI diartikan sebagai tidak kurang, sedangkan puas berarti sudah terpenuhi.  Saat merasa cukup, bisa jadi kita sudah puas tapi bisa juga belum puas. Bagi saya pribadi, saat merasa cukup saya menjadi lebih mudah untuk mensyukuri apa yang saat ini sudah ada di tangan.  Berbeda dengan puas, saat merasa puas saya yakin kita akan menyudahi "perjalanan" yang sedang kita jalani. Karena kita merasa sudah mendapatkan apa yang kita mau, kita puas. Tapi apakah kita bersyukur? Bisa jadi ya dan bisa ja
Penyakit Ketinggian  Disclamer. Tulisan ini bukan merupakan karya saya, melainkan saya tulis ulang dari sebuah buku yang berjudul Facing the Giants bagian Penyakit Ketinggian, miliki Max Lucado.  Saya sangat terberkati dengan buku ini, khususnya pada bagian Penyakit Ketinggian. Oleh karena itu, saya ingin membagikan karya Max Lucado ini melalui tulisan ini. Selamat membaca dan semoga terberkati. Jesus bless you.  Siapa yang tidak ingin mendaki setinggi mungkin? Entah itu karir, keuangan, pendidikan, ataupun hanya sekedar mendaki gunung? Saya rasa semua orang ingin mendaki setinggi mungkin. Boleh-boleh saja Anda mendaki setinggi mungkin. Bukanlah hal yang mustahil untuk Anda dapat menanjak, berdiri atau naik jauh lebih tinggi melebihi semua orang.  Namun jika Anda terlalu lama berada di ketinggian, maka dua dari panca indera Anda akan terganggu. Pendengaran akan menjadi berkurang. Suara-suara orang yang berada jauh dibawah Anda akan terdengar samar-samar. Penglihatanpun menjadi kabur. S