Running My Own Race 


Bagiku kehidupan itu seperti kompetisi, selalu ada pemenang dan bukan pemenang. 

Salah satu standard yang sering digunakan untuk menentukan pemenang dan bukan adalah waktu atau kecepatan. 

Dulu aku berpikir jika aku bisa menjadi yang paling cepat mencapai kesuksesan, maka aku akan bahagia. 

Jujur, ketika orang di sekitarku berhasil lebih dulu mencapai kesuksesan, aku menjadi iri, minder, merasa gagal, dan tentunya tidak bahagia, karena aku merasa kalah, a loser. 

Tapi sebenarnya, apakah saat aku bisa meraih kesuksesan lebih dulu dari orang lain aku bahagia? Iya, tapi tidak bertahan lama. Aku tidak pernah merasa aman dan tenang. Rasanya selalu ada ketakutan  didahului orang lain.

Sampai suatu kali, di tahun 2020 lalu, Tuhan memproses aku di tempat kerja. 

Aku sangat bersyukur, sebagai seorang fresh graduate aku bisa mendapat pekerjaan yang notabennya cepat dan di salah satu perusahaan bergengsi di Indonesia. Banyak orang yang ingin kerja di perusahaan tersebut.

Jenjang karir oke, salary jauh diatas UMR, compensation & benefit sangat kompetitif, tapi aku merasa hampa, kosong, dan tidak damai sama sekali. Apa yang salah denganku? Padahal aku mendambaan tempat kerja seperti ini semasa sekolah. 

Pertama, aku sadar kalau cara berpikirku salah. Kehidupan bukan hanya soal kompetisi, siapa yang paling cepat ia yang menang. Karena setiap kita memiliki ceritanya masing-masing. 

Saat orang lain telah berhasil mencapai garis finish, bukan berarti kita sudah kalah telak. Hanya saja mungkin ia sudah memulainya lebih dulu atau mungkin karena garis finish kita memang lebih jauh dari garis finish-nya. Banyak hal yang mempengaruhi. 

Tapi satu hal yang pasti, mengutip dari buku Simple Truth yang ditulis oleh Ps. Sidney Mohede, 

"Selalu ada saat pertama kali dalam segala sesuatu".  

Kita tidak akan pernah mencapai garis kesuksesan kita jika tidak memulai. 

Kedua, untukku bahagia bukan hanya soal gaji tinggi, prestasi, ketenaran ataupun jabatan, tapi bahagia adalah ketika apa yang aku kerjakan bermakna untuk diriku sendiri dan orang lain, dan inilah arti suksesku sekarang. 

Sukses bukan lagi tentang seberapa cepat dan seberapa banyak prestasi, gaji, atau ketenaran. Tapi sukses sesederhana dicintai dan dihormati oleh orang-orang yang terdekat denganku. 

Bisa jadi arti suksesku dan arti suksesmu berbeda. it's okay. Gakpapa. Karena memang hidup kita berbeda. 

Setiap dari kita memiliki cerita dan waktunya masing-masing, tinggal bagaimana kita merespon dan menjalaninya. 

Apakah kita merespon cerita kehidupan kita dengan positif, menikmatinya dan menjalaninya dengan penuh rasa syukur atau justru sebaliknya? 


Comments

Popular posts from this blog

Fall to Fly Higher