TERKADANG TIDAK BEREKSPEKTASI LEBIH MEMBAHAGIAKAN




 

Sekitar di bulan November 2020, saya dihubungi oleh dosen pembimbing skripsi melalui pesan WA. 

"Widya, kamu masih mau nulis skripsimu jadi jurnal tidak?" Tanya beliau to the point 

"Mau banget Bu."

"Fakultas akan mengadakan program IPO (initial public officer) untuk mempertemukan para penerbit, editor, dan penulis jurnal dalam satu forum. Kamu siapkan naskahnya ya, nanti akan diinfokan lebih lanjut terkait pendaftarannya." 

"Oke siap Bu."
Balasku sekaligus berakhirnya chat kami hari itu. 

Sebenarnya, di bulan Maret 2020 beliau sudah pernah meminta saya untuk menulis naskah jurnal. Tapi kemalasan dan prokrastinasi lebih besar daripada niat plus bulan Mei saya diterima bekerja, terlantarlah naskah tersebut. Padahal cuma tinggal bagian latar belakang saja. Karena merasa bersalah tidak memanfaatkan waktu seproduktif mungkin, bahagia banget mendapat tawaran kedua dari beliau. 

Ketika mendapat tawaran itu, saya membulatkan tekad untuk menyelesaikannya sampai akhir, walaupun pagi - sore bekerja, malam - pagi tulis jurnal dan mengorbakan drakor time tiap sebelum tidur. 

Singkat cerita, program IPO itu ternyata adalah pilot project, dengan kata lain project ini adalah project pertama yang digelar oleh universitas sehingga para panitia-pun masih meraba-raba mencari pola yang tepat. Semacam kelinci percobaanlah jadinya. 

Informasi yang agak simpang siur, deadline dadakan, workload saya dan dosen pembimbing yang kebetulan lagi tinggi di kala itu membuat kami tidak bisa banyak berdiskusi materi yang akan dipresentasikan di depan para penerbit dan editor jurnal. 

Senin, 21 Desember 2021 hari program IPO digelar dan hari kami harus bisa menarik perhatian para penerbit / editor agar mau meminang jurnal kami. Entah hal yang baik atau buruk saya mendapat giliran 20, paling akhir. Hal baiknya, saya tidak perlu cuti sehari full, cukup izin pulang lebih cepat. Hal buruknya, seringkali giliran terakhir giliran titik darah penghabisan, banyak yang sudah lelah dan kurang fokus dan tidak semangat lagi. 

Seperti dugaan, hal buruk itupun terjadi. Setelah menunggu 10-15 menit hanya ada 2 penerbit dan editor jurnal yang join dipresentasi saya. Sedih dan perasaan takut gagal menghantui.

Selesai presentasipun hampir tidak ada satu jurnal pun yang mau "meminang" naskah jurnal saya. Sampai di detik-detik terakhir, sebelum moderator menutup meeting room, ada satu orang editor yang baru join. Tanpa basa-basi beliau langsung menyatakaan kesediaannya untuk menerima naskah saya, dan meminta maaf karena tidak datang di presentasi. Namun sebelumnya beliau sudah membaca dan memberi nilai untuk naskah saya. 

First of all, i feel so blessed cause in the end of the time naskah diterima! Second things, i never expected and imagine before that i will publish in SINTA 2 journal. 

Dengan segala hal yang akan terjadi kedepannya, saya janji ke diri sendiri siap untuk merelakan waktu istirahat agar bisa publish. Karena sudah menjadi rahasia umum, semakin tinggi peringkat journal semakin sulit dan banyak hal yang perlu diperbaiki sampai dengan bisa terbit. 

Fast forward, tanpa kita sangka ternyata proses dari naskah pertama kami submit sampai dengan publish sangatlah cepat, hanya sekitar 2-3 bulan dan tanpa adanya revisi banyak. Entah memang naskah sudah bagus atau karna kejar tayang kami tidak tahu, yang kami tahu ini adalah sebuah anugerah dan berkat dari Yang Maha Kuasa. 

Jujur, selama proses dari awal daftar IPO sampai dengan publish saya tidak memiliki ekspekatasi tinggi. Tujuan utama dan satu-satunya tujuan waktu itu hanyalah bisa menerbit sebuah jurnal ilmiah. Tidak ada harapan akan masuk di SINTA berapa,  berapa kali revisi, dan berapa lama prosesnya. 

Ketika saya cerita ke salah seorang senior terdekat, ia bertanya apakah tidak dapat uang dari kampus? Karena memang ada beberapa kampus yang memberikan sejumlah uang kepada para mahasiswanya yang berhasil menerbitkan jurnal ilmiah. 

Waktu itu aku hanya menjawab, "Enggak tahu sih ce, sejauh ini enggak ada omongan sih. Enggak dapatpun aku uda sangat-sangat bersyukur, dapat SINTA 2 prosesnya cepat dan enggak belibet, dan semua biaya untuk terbit dan translasi bisa di-reimburse ke kampus. Ini doang uda cukup buat aku." 

Ternyataa, setelah 2 bulanan semenjak jurnal publish, senin pagi dosen pembimbing saya kembali mengirim pesan. 

"Pagi Widya. Wid, minta nomer rekening ya. Masih ada dana sisa dari kampus setelah dikurangi dengan biaya translasi dan biaya-biaya lain, kita bagi 3 sisanya." , tulis beliau di Whatapss 

Sejenak aku berpikir, atau kasih ke LSM punya beliau saja ya, paling-paling enggak banyak cuma beberapa ratus ribu aja (dibayangkanku gak akan sampai 500 rb jujur). 

Tapi karena sungkan juga ya mau tanya jumlahnya berapa, akhirnya saya langsung mengirim nomer rekening. Setelah itu mau diapakan, didonasikan kemana dipikir nanti. 

Beberapa jam kemudian, beliau mengirim pesan lagi dengan screenshoot bukti transfer. 

wtf , serius segini jumlahnya?  ini uda dibagi 3?  - ucapku dalam hati 

Saya shock. Tidak pernah menyangka akan mendapat jumlah yang cukup besar. 

- - -

Hari ini, saat merenung mau nulis apa di blog setelah sekian lama gak nulis. 
Aku sadar, terkadang tidak memiliki ekspektasi apapun adalah hal yang positif, apalagi kalau kita tidak siap menerima kenyataan yang berbeda dengan ekspektasi. 

Kedua, cara Tuhan memelihara manusia selalu ada aja caranya. Manusia tidak pernah bisa menyelami pikiran dan rencana-rencana Tuhan, mau berusaha sekeras apapun percuma, sia-sia. Lebih baik berusaha mengenal hati Tuhan. 

Semoga cerita pengalaman ini bisa memberkati teman-teman pembaca :) 

- - - 

anyway, mungkin dari teman-teman pembaca ada yang penasaran tentang jurnal saya, silahkan klik disini untuk membacanya. 

Topiknya bagiku sampai sekarang masih menarik, apalagi dengan sedang berlangsungnya sidang kasus korupsi bansos mantan mensos. Yupp, topiknya tentang korupsi dan dark triad personality. 

Selamat membaca! 

Comments

Popular posts from this blog

Fall to Fly Higher

Friendship Shopping and How to Do Well